Sopir Truk Mengantuk, Kecelakaan Tragis Tak Terhindarkan

fiaruairishpub.com – Kecelakaan Maut di Slipi Sopir Truk Ngantuk Sebabkan Dua Korban Jiwa Kecelakaan fatal kembali terjadi melibatkan kendaraan angkutan barang. Selasa pagi, sebuah truk menabrak enam kendaraan di lampu merah Slipi, Jakarta Barat, mengakibatkan dua orang meninggal dunia.

Kesehatan Sopir Truk Jadi Kunci Logistik Lancar

Polisi mengungkapkan penyebab utama kecelakaan tersebut adalah sopir truk, Ade Zakarsih (45), yang mengantuk saat berkendara. Sebelumnya, dugaan awal menyebut rem blong sebagai penyebabnya, namun hasil pemeriksaan memastikan sistem rem truk berfungsi normal. Kelalaian sopir yang kehilangan konsentrasi ini pun menjadi penyebab utama tragedi di Slipi.

Wakil Ketua MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menegaskan pentingnya perhatian pada kesehatan sopir truk. “Kelancaran logistik bergantung pada kesehatan sopir. Tanpa itu, sulit mewujudkan transportasi yang efisien,” tegasnya.

Pengemudi Truk dan Tantangan Keselamatan di Jalan Raya

Sebagian besar kecelakaan di jalan raya dipicu oleh faktor manusia, dengan kelelahan kerja atau fatigue menjadi penyebab utamanya. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang teknik mengemudi yang benar serta minimnya pengetahuan mengenai karakteristik medan yang dilalui juga turut berkontribusi. Faktor-faktor ini, ditambah dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, menjadi tantangan besar dalam meningkatkan keselamatan transportasi jalan.

Pentingnya Mengatur Waktu Kerja Sopir Truk untuk Cegah Fatigue

Fatigue adalah kondisi menurunnya efisiensi dan daya tahan tubuh dalam melanjutkan aktivitas, termasuk mengemudi, yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan koordinasi cepat antara otak, tangan, kaki, serta mata. Menurut Djoko, berbagai faktor seperti usia, status gizi, kualitas dan kuantitas tidur, beban kerja, durasi mengemudi, waktu istirahat, hingga kondisi kesehatan fisik dan mental dapat memicu fatigue pada pengemudi.

Oleh karena itu, pengaturan waktu kerja dan istirahat sopir truk menjadi sangat penting. Jangan sampai demi mengejar tenggat waktu pengiriman barang, keselamatan pengemudi dan pengguna jalan lain justru dikorbankan. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam dunia transportasi logistik.

Durasi Tidur dan Aturan Kerja Sopir Kunci Keselamatan di Jalan

Tidur berkualitas bagi orang dewasa normal membutuhkan 6-8 jam per malam, dengan 4-5 siklus tidur yang masing-masing berlangsung sekitar 1,5 jam. Setiap siklus mencakup fase NREM (Non Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement), yang berperan penting dalam memulihkan kondisi tubuh setelah kelelahan.

Menurut Djoko, tidur berkualitas sangat krusial bagi pengemudi, terutama mereka yang bekerja di sektor transportasi umum. Namun, hal ini perlu didukung dengan pengaturan waktu kerja yang jelas. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya Pasal 90, mewajibkan perusahaan angkutan umum untuk menerapkan aturan waktu kerja, istirahat, serta pergantian pengemudi. Langkah ini bertujuan untuk memastikan pengemudi mendapatkan istirahat cukup sehingga keselamatan di jalan tetap terjaga.

Pentingnya Pengaturan Waktu Kerja dan Pola Hidup Sehat untuk Pengemudi

Waktu kerja pengemudi kendaraan umum diatur maksimal 8 jam sehari. Setelah 4 jam mengemudi tanpa jeda, pengemudi diwajibkan beristirahat minimal 30 menit. Dalam kondisi tertentu, mereka bisa bekerja hingga 12 jam sehari, termasuk waktu istirahat selama 1 jam.

Namun, aturan ini saja tidak cukup tanpa dukungan pola hidup sehat dan perhatian terhadap kesehatan fisik serta mental pengemudi. “Sebagus apa pun kebijakan keselamatan, tidak akan efektif jika pengemudi mengabaikan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan fisik dan mental secara berkala dapat meningkatkan keselamatan transportasi dan mengurangi risiko kecelakaan akibat kondisi kesehatan,” jelas Djoko.

Dengan pengaturan waktu kerja yang tepat dan perhatian serius terhadap kesejahteraan pengemudi, keselamatan transportasi di Indonesia dapat terjamin lebih baik.

Back To Top